Jumlah Fans

Minggu, 06 Maret 2011

Pornografi bagi Anak Usia Dini (Syarifah J. A./17)

Assalamualaikum Wr.Wb.
Yang terhormat Bapak dan Ibu Guru pengawas ujian praktik Bahasa Indonesia. Pada kesempatan berbahagia ini saya ingin mengulas fenomena di kalangan masyarakat yang belakangan semarak yaitu mengenai dampak pornografi bagi anak usia dini.
Sebagaimana yang kita ketahui, media baik elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu penyebab utama menurunnya moral umat manusia termasuk juga remaja. Berbagai tayangan yang memperlihatkan aspek pornografi juga diyakini sebagai sebab terjadinya banyak kasus pelecehan seksual.
Dengan semakin majunya teknologi komunikasi, saat ini hampir tidak ada jalan untuk mampu mengendalikan atau mengawasi beredarnya karya maupun hiburan yang tergolong dalam kategori pornografi.
Pada dasarnya sesuatu yang berbau porno bertujuan merangsang hasrat seksual pembaca atau penonton. Karena itu efek yang dirasakan orang yang menyaksikan atau membaca pornografi adalah terbangkitnya dorongan seksual. Tidak hanya itu, pornografi layaknya dopping yang membuat konsumennya ketagihan bahkan lambat laun menjadi suatu kebutuhan berkala. Dampak-dampak negatif pornografi antara lain:
1.     Pelecehan Seksual
Setelah melihat tayangan pornografi, biasanya orang yang bersangkutan lalu mencari cara untuk melampiaskan dorongan seksnya. Anak usia dini adalah individu yang sangat rentan terhadap pelecehan seksual, apalagi di Indonesia sendiri pendidikan seks untuk anak bagi sebagian besar orangtua masih tabu dan belum waktunya diberikan. Hasilnya anak sering menjadi korban pelampiasan seks bahkan oleh orang disekitarnya.
2.     Sulit konsentrasi
Bagaimana bisa konsentrasi kalau yang ada dalam pikiran anak adalah pikiran-pikiran kotor. Belum lagi kalau anak belum paham sehingga yang ada dalam otak anak adalah berbagai pertanyaan seputar adegan atau tayangan porno yang baru dia lihat. Apalagi kalau sudah tertanam dalam otak maka untuk menghapus akan sangat sulit. Mengapa? Karena seks merupakan kebutuhan dasar manusia. Anak yang sudah menemukan kenikmatan seks sebelum waktunya dan tertanam secara mendalam dalam pikirannya akan sulit untuk dihilangkan. Padahal jalan hidupnya masih sangat panjang dan mereka memerlukan konsentrasi belajar tinggi untuk meraih cita-cita.
3.     Tidak percaya diri
Anak bisa saja jadi tidak percaya diri, mengapa? Karena yang dia lihat dari maraknya tayangan TV atau bahkan lingkungan disekitarnya bila ingin terlihat cantik dan memiliki banyak teman harus berpakaian terbuka, bila berpakaian tertutup, si anak dianggap kuper dan tidak gaul, ndeso.
4.     Menarik Diri
Anak yang mengalami pelecehan seksual atau kekerasan seksual biasanya cenderung menarik diri, tertutup dan minder. Terlebih bila orangtua tidak segera mencari bantuan psikolog dan cenderung menyalahkan anak, memarahi atau menggunakan kekerasan. Dimasa depan bisa saja kemudian anak akan sangat membenci orang dengan jenis kelamin tertentu karena mengingatkan pada kejadian seram masa kecilnya.
5.     Meniru
Anak usia dini adalah peniru ulung, apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar dari orang dewasa dan lingkungannya akan ditiru. Anak usia dini belum mengetahui mana yang benar atau mana yang salah, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan yang mereka tahu orang dewasa adalah model atau sumber yang paling baik untuk ditiru.
Faktor yang paling kuat agar mampu mengendalikan dampak media tersebut adalah nilai yang ada di dalam diri remaja itu sendiri. Moral atau kemampuan untuk melakukan penilaian mana yang baik dan mana yang buruk harus ditanamkan sedini mungkin. Sehingga, ketika remaja berhadapan dengan situasi sosial yang kompleks ia masih mampu untuk menunjukkan jati dirinya. Berikut adalah tips membangun nilai positif dalam diri anak,

1.      Hendaknya anak-anak dijauhkan dari tontonan atau situs web yang menimbulkan dorongan seksualitasnya.  Orang tua pun sebaiknya senantiasa mengawasi, memperhatikan, dan membimbing segala kegiatan yang dilakukan oleh si anak. Contohnya, orang tua dapat melengkapi perangkat internet dengan program yang menghalangi akses ke situs-situs terlarang tersebut.

2.      Lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Teman-temannya dapat mempengaruhi bahasa yang ia gunakan, cara yang ia lakukan dalam melakukan sesuatu, bahkan caranya berdandan. Oleh sebab itu, peranan penting orang tua sebagai pembimbing dan teman dekat si anak sangat diperlukan.

Demikian Bapak dan Ibu guru, Saya berharap semoga seulas kata yang saya sampaikan dapat menjadi motivasi tersendiri untuk membangun generasi dan kehidupan yang lebih baik kedepannya. Amiin Amiin ya Rabbal Alamiin.
Apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dihati Bapak dan Ibu guru, saya mohon maaf. Terimakasih,
Wassalamualaikum Wr. Wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar