Jumlah Fans

Minggu, 06 Maret 2011

Nasionalisme Indonesia Kini


                  Assalamualaikum Wr.Wb
            Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada yang terhormat bapak/ibu penguji dan teman teman yang saya cintai atas kesempatan yang diberikan ini. Bapak dan ibu serta teman-teman sekalian, saya berdiri di sini ingin menyampaikan sebuah topik yang sebenarnya sangat klasik tapi cukup penting bagi saya untuk diungkap kembali. Masalah itu adalah N A S I O N A L I S M E.
               Nasionalisme. Hanya satu kata, namun sangat luas maknanya. Banyak pendapat mengenai arti dari sebuah kata itu. Salah satunya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nasionalisme adalah Paham/ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Sedangkan, menurut sumber lain, Nasionalisme merupakan sebuah rasa patriotik yang ada pada diri kita yang patut kita persembahkan  untuk negara kita tercinta ini.
                Mengapa Nasionalisme itu penting? Merupakan suatu pertanyaan klasik yang sangat sering kita dengar. Terutama saat belajar mata pelajaran Kewarganegaraan. Dan, yang pasti sebagian besar siswa akan menjawab, “ Ya penting. Untuk membangun negeri ini. Kalau tidak ada nasionalisme, kita pasti tercerai berai.” Sebuah jawaban yang tidak salah. Namun, apakah tidak terlalu sederhana apabila kita ingin menjelaskan kepentingan sebuah kata penguat bangsa itu?
                Masih terbayang dibenak kita semua kisah-kisah heroik para pahlawan dalam mempertahankan keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kala itu, nyawa seakan sebanding dengan kemerdekaan yang mereka anggap sebagai harga mati yang harus diraih sampai tetes darah penghabisan. Tak peduli apa pun hambatan dan resikonya. Perjuangan mereka hanya berlandaskan satu asas sederhana; suatu paham yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia kala itu, dan akan senantiasa mempertahankan eksistensi Indonesia di kancah internasional bila diperjuangkan: nasionalisme.
                Penting untuk digarisbawahi bahwa saat ini kita hidup di era modern. Era saat semua pekerjaan menjadi lebih mudah karena adanya teknologi yang serba canggih. Era saat batas tidak menjadi penghambat dalam mobilitas penduduk bahkan informasi. Era saat tuntutan untuk menjadi gaul dan melek teknologi diagung-agungkan. Era saat budaya di seluruh Negara seakan sengaja atau dipaksa untuk diakulturasikan. Salahkah? Tidak juga.
                Dan yang tidak kalah penting, sekarang ini pun kita menyadari bahwa kini kita seakan sedang dijajah kembali. Oleh siapa? Bukan hanya oleh bangsa lain, namun oleh perkembangan teknologi dan pengaruh dari globalisasi dunia internasional yang sebagian besar bertolak belakang dengan kultur Indonesia. Bahkan eksistensi bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang merdeka dan dahulu dikenang sebagai 'Macan Asia' dan 'Zamrud Khatulistiwa' pun dipertanyakan.
                Bila kondisi Negara kita sudah menjadi seperti itu, sulit untuk mengetahui apa atau siapa yang bersalah. Apa atau siapa yang harus bertanggung jawab. Sebenarnya, menurut saya, yang terpenting bukanlah mencari apa atau siapa yang bertanggung jawab atas kondisi ini. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana sikap kita dalam mengatasi permasalahan bangsa kita ini.
Namun sayang, yang kerap terjadi sekarang ini kita bukan malah berusaha bersama-sama, tetapi justru hanya menuntut, menuntut dan menuntut kepada Pemerintah agar bertanggung jawab atas semua ini. Seolah-olah semua ini adalah kesalahan pemerintah. Akan tetapi, apa semua bisa selesai dan berhenti dengan pengklaiman seperti itu? Dengan menyalahkan salah satu pihak saja? Sementara rakyat hanya mengaharapkan hasilnya. Bagaimana kesejahteraan dan kemakmuran yang selama ini kita mimpikan dapat terwujud, jika yang bekerja salah satu pihak saja?
Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk berlomba-lomba membangun rasa nasionalisme dalam diri kita. Misalnya saja, nasionalisme dengan munculnya gerakan perjuangan fisik melawan Malaysia  misalnya, bila Malaysia nekat mengganggu kedaulatan RI dengan mengambil atau
merampas Pulau Ambalat, merupakan suatu perilaku atau sikap kita yang sangat  terpuji. Kita semua jelas sangat mendukung setiap usaha TNI dan para  sukarelawan yang berusaha menjaga keutuhan kedaulatan negara RI.
Namun, kita juga tidak boleh salah dalam menilai ke-nasionalis-an seseorang. Seperti, ada seseorang bernama Si Anu. Dia seringkali dituduh, “Si Anu tidak nasionalis, lihat saja dia menanam modalnya di luar negeri.” Sementara itu, para investor asing yang berlomba-lomba menanamkan modal di Negara kita hampir tidak pernah kita pertanyakan rasa ke-nasionalis-an mereka. Ada juga kasus lain, kali ini menimpa Si Una. Konon, Si Una memiliki nasionalisme yang tinggi. Apa pasal? Si Una ini tidak pernah ke luar negeri, selalu menggunakan produk dalam negeri. Kurang apa? Ternyata, menurut tetangga-tetangganya, Si  Una tidak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar yang notabene asli penduduk merah-putih. Terdengar kabar pula, bahwa Si Una merupakan karyawan yang jago korupsi. Lalu bagaimana?
Masalah seperti itu, memang tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Masalah Si Anu atau Si Una yang lebih nasionalis tergantung penilaian Anda. Namun, berdasarkan kajian data yang saya dapat dan menurut pendapat saya pribadi, ke-nasionalis-an seseorang dapat diukur dari :
1.       Rasa kebanggaan menjadi bangsa Indonesia. Ke luar negeri pun, bisa jadi dikatakan memiliki sikap nasionalis yang tinggi. Apabila di sana mereka malah mempromosikan keindahan alam dan budaya yang beraneka ragam di Indonesia.
2.       Keterlibatan secara nyata dalam bermasyarakat, mencontohkan kegiatan terpuji agar terbentuk suatu mutu kehidupan yang lebih baik. Bukan melakukan korupsi sana-sini.
3.       Ketegasan sikap yang konsisten serta menghargai perbedaan dengan memiliki rasa toleransi yang tinggi.
Singkat kata, seorang nasionalis akan menjaga cita-cita bangsa dan kemurnian kesatuan. Berada di dalam atau di luar negeri, dia memakai produk lokal atau asing, sah-sah saja, tetapi di benaknya tetap satu : Indonesia. Jadi, hendaknya sebagai bangsa Indonesia kita harus memiliki ciri-ciri yang telah disebutkan. Karena, hanya lewat nasionalisme itulah kebangkita bangsa Indonesia muncul kembali.                                                                                                  

Nah, itulah sekelumit tentang nasionalisme. Mudah-mudahan bisa menjadi penyegar bagi kita. Sehingga kita bisa memupuk rasa nasionalisme sejak dini.
Wassalamualaikum Wr.Wb

MASITA LUTHFI V. P

               
               
               
               
               
               
               
               
                               
               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar