Jumlah Fans

Minggu, 06 Maret 2011

Lift by : Dewanti (05)

Assalamualaikum wr.wb.
Mungkin anda sudah pernah atau mungkin sudah bosan mendengar cerita dengan tema seperti ini. Tema tulisan saya ini adalah roda kehidupan. Karena kata "roda" sudah sering digunakan, saya menggunakan lift sebagai pengganti roda. Mengapa saya menggunakan kata "lift"? Agar terkesan lebih modern? Tidak. Karena saya suka naik lift? Tidak juga. Saya menggunakannya karena terinspirasi dari sebuah lagu yang tidak sengaja termainkan oleh laptop saya ketika akan menulis untuk ujian praktik. Beginilah awal mulanya.

Kemarin saya meminta sebuah lagu dari seorang teman. Katanya, lagu ini bisa memberikan sensasi semangat bagi yang mendengarkan. Saya pun penasaran dan akhirnya meminta lagu tersebut darinya, sekalian mengusir kebosanan mendengar lagu yang itu itu saja dari laptop saya.

            Judulnya Elevator, dinyanyikan oleh David Archuleta, finalis American Idol ketika saya masih kelas 2 SMP. Elevator berarti lift. Saya sempat heran, mengapa judulnya elevator? Apa yang menarik dari sebuah elevator? Memangnya bisa memberi sensasi semangat seperti yang teman saya katakan tadi? Begitu penasarannya saya, ketika sampai di rumah saya langsung menyalakan laptop, memasang headset, lalu mendengarkan lagu ini dengan seksama.

            Kepala saya bergoyang goyang mengikuti irama. Nada ceria yang dilagukan oleh David Archuleta terasa ringan didengar, kebetulan suasana hati saya sedang bagus saat itu, jadi lagu semacam ini langsung membuat semangat ’45 saya berkobar.  Pertama kali mendengar, saya langsung jatuh cinta pada lagu ini. Tak puas, saya ulangi lagi. Dua kali, tiga kali, empat kali. Tanpa sadar saya pun ikut bernyanyi. Awalnya saya hanya bergumam tidak jelas. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari liriknya di internet.

            Setelah mengunduh lirik, saya menirukan si David sambil membaca liriknya. Ketika lagu sudah selesai, saya terdiam, saya amati liriknya lalu membacanya sekali lagi.

            Kurang lebih isinya begini: hidup itu sepeti lift. Kadang berada di atas, dan kadang berada di bawah. Ketika pintu lift terbuka, kau tidak pernah tahu apa yang akan ada di depanmu. Kita hanya mengikuti siklus itu, sampai akhirnya mendarat kembali di tanah. Namun itu wajar, karena hal itu membuat hidup lebih “hidup” dan berwarna. Dan tak perlu khawatir karena kita bisa terbawa lift kembali lagi ke atas.

            Saya termenung. Ternyata dibalik lagu yang ringan ini, yang saya pikir isinya juga ringan, terkandung makna yang berat. Saya jadi membayangkan, bagaimana kalau hidup semua orang itu dibiarkan mengalir saja, spontan, pasti seru. Karena hidup orang itu bakal dipenuhi kejutan-kejutan yang dia sendiri tidak menyangka akan dapat “kejutan” itu (kalau sudah tahu, bukan kejutan lagi namanya). Dan hidupnya sudah pasti 100% “berwarna”. Mendadak kaya, mendadak pintar, hari ini tiba tiba dibenci, sedetik kemudian jadi orang yang paling disegani diseluruh dunia, misalnya.

            Tapi kalau diibaratkan lift seperti lagu si David, liftnya mungkin tidak akan naik, karena tidak tahu tujuannya ke lantai berapa. Diam. Cuma bertahan di satu lantai, kemudian buka pintu lift, tutup, buka, tutup, buka, tutup, tebak tebakan apa yang ada di balik pintu. Iya kalau yang muncul kebanyakan hal hal baik. Kalau yang muncul selalu yang jelek? Wah, bisa kacau jadinya.

             Bagaimana kalau hidup kita sudah terencana sampai sedetil detilnya lalu kita tahu rencana itu. Kita tahu apa yang ada di masa depan, lalu sudah mempersiapkan untuk menghadapinya dari sekarang. Kita sudah tahu kapan kita bakal berhasil, kapan hewan piaraan mati, kapan kita tertabrak sepeda. Kemudian kita sudah mempersiapkan lahan kubur dan tisu yang banyak untuk hewan piaraan kita dari sekarang padahal dia masih hidup, misalnya. Pasti membosankan sekali ya hidup seperti itu.

            Memang idealnya, kita harus merencanakan hidup kita nanti seperti apa. Tapi, kita tidak tahu detilnya seperti apa. Kalau sampai detil-detilnya, itu hanya Tuhan yang tahu. Nah, perencanaan yang sangat kompleks dan sempurna yang hanya diketahui oleh Tuhan ini yang akan menjadi “kejutan”, dan membuat hidup lebih “berwarna”.

            Terkadang, detil yang sudah direncanakan oleh Tuhan bisa mengubah rencanya yang kita buat. Saya akan buat perumpamaan seperti lift. Misalnya, kita sudah berencana ke lantai 9. Sesampainya di lantai 9, kita berencana naik lagi ke lantai 14. Ternyata, ada “sesuatu” yang mengharuskan kita kembali lagi ke lantai 3. Yah, mau tidak mau, kita tetap harus kembali ke lantai 3 tadi. Namun, kita tetap bisa naik lagi, bahkan diatas lantai 14, dengan syarat berusaha dan berdoa. Kalau ternyata setelah turun ke lantai 3 tidak bisa naik lagi, kita harus tetap beruasaha, mengerahkan segala yang kita mampu. Kalau tetap tidak bisa? Coba lagi. Kalau terus menerus tidak bisa? Wah, mesin liftnya harus diperbaiki kalau begitu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar