Jumlah Fans

Jumat, 21 Januari 2011

aMUSe.

Cerita ini hanya “sebuah filial dari perkawinan silang antara ke-stress-an dan kebosanan” belaka, semua alur ini didasarkan pada kejadian yang nyata. Perlu kami tegaskan, skenario dalam karya hanya merupakan imajinasi TANPA KESENGAJAAN. Ini bukan cerita anak autis ataupun idiot, syndrome Down atau sejenisnya.

Tapi, karya ini adalah buah karya ISTIMEWA dari anak cerdas Istimewa. Dan seperti kita tahu, cerdas istimewa dan autis itu memiliki batas filosofi yang nyaris transparan, jadi untuk mengingatkan Saya ulang lagi, Cerdas Istimewa. Sekali lagi, CERDAS ISTIMEWA. Udah 3x, sunnah rasul, (based on: agen 009)



Jam ke-6, Senin, 17 Januari 2011

Tettt.... tettt...

Agen 017 : He, rekkk... gag jadi ulangan JL!

Agen 001-020 : horeee...!!!


Semua agen kembali pada kesibukan masing-massing.

Agen 004 : 020, ayo hafalan bareng (R)

Agen 020 : emoh, durung apal aku... kamu aja wes bacao aku dengerin.

Agen 004 : aku takut salah..

Agen 020 : gag apa-apa…………………………………………Sulit ya, nulis sambil ndengerin. >.<>


Agen 009 : Huaaa... buku jurnalku keriii... menurutmu bilang gak bawa ato telpon minta anterin???

Agen 020 : (turut histeris) Telpon... Telpon.. Telpon... Cepetan, Cepetan !!! (jenggotnya udah abis kebakar, sambil nunjuk-nunjuk =P)

Agen 009 : Padaal udah kadong seneng gak jadi ulangan JL. Hari sialnya tak pikir udah berakhir. L



DUM DUM DUM... JENG JENG...

Mrs.FW dateng.

Agen 003, 018, 016 : FW... boleh ijin pulang gak? PPT R saya ketinggalan. Rumah saya deket kok FW.

FW : Bertiga???

Agen 018, 003 : Enggak, F. Berdua.

Agen 016 : Saya gak ikut kok F. Cuma nganterin ngomong.

FW : Ya sudah... Ya sudah...

FW to Agen 006 : Udah diajari jam-jaman belum?

Agen 006 : Oh, sudah sudah kok dulu.

FW : Ya udah...

Si FW membagi lembaran kecil dengan ukuran pxl= kurang lebih 20x8 cm.



Kericuhan semakin menjadi. Mein Tag.. Ich stehe morgens um ... Uhr auf. Um… Uhr frühstücke ich. Um… Uhr gehe/fahre in die Schule, den die Schule fängt um … Uhr an. . .



Hafalan JL dimulai, maju satu-satu. Huah...

Korban pertama, agen 006 dipanggil.

Korban kedua, agen 011 dipanggil.

.............



Kebosanan melanda. Beberapa agen sibuk dengan misi masing-masing. Agen 006, 020, 012, 011 menggerombol di belakang lurus sudut pandang FW.

Agen 016, 004, 014 dan lain-lain menyibukkan diri dengan misi personalnya...

Imajinasi aneh merasuki pikiran para agen yang dilanda kebosanan akut.

Belum ada cerita yang berarti. Tiba-tiba.,,

…………

Korban ke-n, agen 020 dipanggil.

............

5 menit kemudian, bakat sutradara kami (agen 020 dan 006) muncul dan scenario lisan ini pun tercipta.



- SKENARIO lisan-

Agen 006 as Mr. R

Agen 020 as Agent 004, 015, 020, 002, 009


Baru itu yang kepikiran. Hehe..


Agen 006 : Assalamu alaikum Ayo yang hafalan...!!

(HENING)

Agen 006 : Yaudah, kalo gak ada yang mau duluan. Saya panggil saja. 004...

Agen 020 as 004 : Bismillahirrahmanirrahim..................................................

Agen 006 : Bagus, bagus... sesuai yang saya harapkan. Saya percaya kalian pasti bisa. Ok, selanjutnya... 015

Agen 020 as 002 : Agen 015 gak ada pak. Sakit, katanya.

Agen 006 : Lah siapa penggantinya?

Agen 020 as 002 : Gak tau pak. Gak ada kabar. Tadi sms 012 katanya sakit. (012 is 015 BF, sejak ..... lupa)

Agen 006 : Bagaimana ini... kan saya sudah bilang kalau mau tidak masuk harus sudah ada penggantinya. La kalok kayak gini terus gimana?

Agen 020 as 002 : Ya gak tau pak... namanya juga sakit. Kan ndadak...

Agen 006 : Yasudah... kalo gitu agen 020

Agen 020 as 020 maju...

Agen 020 as 020 : bismillahirrahmanirrahim.......................................



Ayat 1, ok

Ayat 2, bagus,

Ayat 3,4,5, perfect…



……



Ayat 39, nyarisss….

Nah ayat 40… (singgg)

Agen 020 as 020 : Apa ya, Pak? Gag tau ah, lupa!

Agen 006 : Kamu itu ya! sudah temenmu satu gak masuk tanpa pengganti, sekarang kamu!!! Yaudah, sekarang maunya gimana???

Agen 020 as 020 : Ya… gimana lho, Pak??? Bapak maunya apa??? Saya sudah bener-bener lupa, Pak. Beneran.

Agen 006 : Udah salah, nanya lagi.

Agen 020 as 020 : Ya saya kan gag tau, Pak. Kan bukan saya gurunya.

Agen 006 : Grrr… Gr… Grrr…. Grrrrrrrr….. Ya saya tau bukan kamu gurunya. Yaudah. Marah gini ini. Oke, selanjutnya, 002!

Agen 020 as 020 : Lha, Pak?? Nilai saya gimana???

Agen 006 : Nanti saya pikir lagi. Kamu itu, sudah sepakat minggu kemarin mau maju hari ini. Tapi mana, gag ada KOMITMEN!!

Agen 020 as 020 : Lho, Pak?? Saya kan nggak mengajukan diri. Bapak yang nyuruh. Saya sudah tau gak bisa hari ini. Saya sadar kemampuan saya, Pak.

Agen 006 : Yaudah, 002!!

Agen 020 as 020 : Lho, Pak?? Nilai saya, Pak.

Agen 006 :Dibilang nanti ya nanti.



Dengan suntuk, agen 020 ngeloyor keluar TKP *tuing….tuing….tuing….*, arah jam 3 subject R yang sedang menikmati detik-detik kemarahan yang hampir mencapai vertex point. Si agen 020 tampak lebih eksotis dengan muka berlipat-lipat, mulut menganga lebar, mata melotot, siap menerkam mangsa yang telah diintainya sejak tadi. Hehehe…(mutasi dadakan jadi slit mouthed human)



Dari seberang koordinat posisi agen 006 tampak agen 002 melangkah dengan ragu-ragu menuju tempat eksekusi (kursi panas, yang konon katanya juga enak, by:009)



Agen 006 : Dasar, gag punya sopan santun, gag punya etika, anaknya sapa se??

Agen 020 as 020 : Anak orang tua saya, Pak. Masa iya anak tetangga. *agen 20 tiba-tiba nongol tanpa embel-embel bunyi alarm kebakaran* 002! Semangat ya! (menghilang) *cling!



Agen 006 : Grr… 002, mulai! Jangan kecewakan saya!

Agen 020 as 002 : bismillahirrahmanirrahim....................................... blablabla….



Several minutes later,

Agen 020 as 002 : DEGH glodak* berhenti mendadak* 10 ayat terakhir saya belum hafal, pak!

Agen 006 : Terus kenapa maju??

Agen 020 as 002 : Tadi saya disuruh maju, sekarang gak boleh maju, gimana seh bapak ini??? *sambil cengengesan

Agen 006 : Bukannya minggu kemaren kamu sendiri yang mengajukan diri. Ini buktinya, nama kamu terdaftar dengan tulisan tangan kamu sendiri.

Agen 020 as 002 : Gini lho, pak sebenernya (dengan gaya sok oke tak berdosa) berhubung saya adalah seorang teman yang baik hati, saya tidak ingin mengorbankan teman saya. Lagi pula, berdasarkan teori probabilitas, dalam seminggu saya akan dapat menguasai 40 ayat di surat ini. Nah, pada hari ke-5, sabtu, tanggal 15 Januari 2011, saya menyadari bahwa teori tersebut……

Agen 006 : Saya ini guru agama, bukan guru matematika (nada do tinggi 3 oktaf) *ngiing…ngiing…

Agen 020 as 002 : Lho, Pak! Kalimat saya itu belum selesai. Kata ibu saya, nggak sopan, pak. Masa bapak gag tau seh??

Agen 006 : Sudah salah, ngeyel…

Agen 020 as 002 : Pak, dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang saya lakukan itu disebut membela diri.

Agen 006 : Grrrr….



Untuk yang ke-3 kalinya, bapak ini mengalami syndrome kekecewaan akut yang diperkirakan oleh para scientist dapat menimbulkan sesak nafas, peperangan, kematian, dan tumpahnya tinta merah di rapot para agen. HUWAAAA…..!!!!!



Agen 006 : Sudah-sudah… kalau gitu selanjutnya! (dengan wajah terlipat yang dipaksakan tetap terlihat berwibawa) 009!

Agen 020 as 002 : Gini lho, pak. Saya itu sudah berusaha dengan sepenuh jiwa dan raga buat hafalan ini. Tapi mana balasannya??? Mana, Pak???

Agen 006 : *sewot* 009!!

Agen 020 as 002 : Pak!!

Agen 020 as 009 : Wes, 002! Minggiro, wes!



(agen 002 ngacir ke posisi awal)

(agen 020 masih belum muncul lagi)



Agen 006 : cegek* Ckckck…. Kamu? 009? Udah hafal?

Agen 020 as 009 : Sudah, Pak! Insyaallah. Tapi pak…

Agen 006 : Yasudah, mulai!

Agen 020 as 009 : Pak…hehehe… saya nggak bawa jurnal, Pak.

Agen 006 : jadi???

Agen 020 as 009 : Tadi saya sudah telepon minta dianterin. Tapi belum datang, pak. Hehehe… *senyum innosen

Agen 006 : kamu itu ya??? grr… (beranjak dari posisi awal, berpindah 7 langkah arah jam 4, di posisi inilah pertunjukan dimulai)



Agen 006 : kalian itu ya, sebenernya maunya apa?? Masa dari 5 orang yang berhasil cuma satu. Padahal waktu juga udah lama. 1 MINGGU. Kalian sangat mengecewakan saya. Yang satu gak jelas kemana. Yang 1-nya lagi kurang satu ayat aja , lupa, ngibrit gak balik2 pula. Yang satu udah gak hafal, ngeyel, nyolot, pake bawa matematika lagi. Ini yang terakhir, gak bawa jurnal mau hafalan. Maunya apa???”



Semua hening. Hanya agen 004 yang tersenyum-senyum geje. Diduga keras si agen mengidap sebuah syndrome yang mencurigakan. Rupanya, hal yang sangat tidak biasa itu tertangkap dalam radar si Bapak. Muntab deh si Bapak.



Agen 006 : Ngapain senyum-senyum?? Gag tau saya lagi marah?? Jangan mentang-mentang kamu…...*tiiit* (sensor) kamu tidak ikut saya marahi. Mustinya itu ya, kamu bantu temen-temen kamu.



(kembali ke dunia nyata)

Agen 020 udah ngakak gag karu-karuan ndengerin agen 006 berkoar-koar. Hal yang terdeteksi sebagai sesuatu yang aneh ini menyalakan alarm bahaya agen 011 yang sedang asyik menikmati ketenggelamannya dalam dunia abstrak yang lain, yang konon dikenal dengan nama……SMS-an.



Agen 011 : Lapo, rek??

Agen 020 : Hahahhahahahha……

Agen 006 : Kita sedang menyusun suatu scenario lisan berdasar fenomena alam hari ini.

Agen 011 : Cegek. Apa??? Apa???

Agen 020 : Mengimajinasikan pak R marah-marah.

Agen 011 : Lho?? Kok bisa????



Pertanyaan yang sangat biasa ini cukup dihiraukan sebagai respon positif dari seorang yang… ehm, apa yaa?? Udahlah. Pokoke…

Untuk menanggapi dua kata dengan akhiran 6 tanda tanya ini, si kedua agen pencipta scenario lisan merencanakan misi mulia yang diadopsi dari Thomas Alfa Edison. Apakah itu???



Lhaaa… habis gitu, dengan keluarnya “lho?? Kok bisa????”-nya agen 011 tadi, tamatlah riwayat scenario bab 1. Tereng reng tereng…

Sampai jumpa di scenario bab 2. :*



Based on : agen 006, dan agen 020

Created by : agen 006, agen 020, dan agen 009

“Karya ini didekasikan untuk keluarga besar –PIXEL FAM-”

“Selamat atas bergabungnya agen 009 dalam penciptaan karya ini!”

Booming-nya merah putih di kelas kita :)

Film Merah Putih dan Darah Garuda adalah film yang baru-baru ini mencapai puncak kejayaannya dikelas kita. Dua film yang sebenarnya sudah keluar sangat lama sekali ini baru berhasil menyita perhatian kita tahun ini. Ini filmnya yang salah apa kita yang ketinggalan jaman???



Well, ketika pertanyaan itu terlontar kita hanya akan menjawab kalau dulu kita mengira film ini sama sekali tidak menarik, hanya seperti film Indonesia lainnya. Intinya, kita gag mau ambil resiko buat nonton film Indonesia yang gak bermutu. *siap2 digebukin orang-orang perfilman Indonesia* Untunglah, teman kita, si pecinta bulutangkis, YELI, menyadarkan kita akan bagusnya film ini. *Wahh…Yeli trendsetter!!*. Okay, check it out!



Saat itu hari…. Apaan ya??? Senin kayaknya. Gag tau ding, lupa!. Dengan sangat antusias dan gaya lebainya yang kental Yeli banget, Yeli memaparkan panjang lebar tentang film merah putih. *Hadah lebai!!* Enggak kok, dia Cuma bilang “Film Merah Putih bagus ternyata, Rek! Gag kayak film Indonesia.” *ya iyalah, secara gitu ni film kan film perang Hollywood yang bersetting Indonesia*



Dari sekian banyak penduduk yang ada dikelas kita hanya satu orang yang saat itu menghiraukan Yeli dengan sungguh-sungguh. Teman kita itu adalah Zulfah. Well, biasanya kita panggil dia Julpi. Dia langsung minta film merah putih dengan gaya rajukan yang seperti biasa. Naasnya, Yeli tidak bawa laptop. Dengan cemberut, dia minta dibawakan besok.



Besoknya, dibawain deh. Sudah ada satu teman lagi yang mulai tertarik dengan film yang ‘Katanya Yeli’ suasana perangnya terlihat nyata. Emang bener sih! Ceritanya ini kan cuma Yeli yang tau. Terserah lah. Oya, teman kita yang satu itu adalah si wajah tanpa ekspresi, jago banget ngedit PPT, dan suara ketawanya yang khas banget. Yup! Udah jelas pasti Lalak.



Keesokan harinya lagi, (disini berlalunya hari cepet banget ya????) hahhaa… Julpi udah celingak-celinguk nyari Yeli dari sejak pagi. Pemborosan kata ya??? gapapa deh, penekanan. Pas Yeli dateng, julpi langsung histeris dan bilang kalau tuh film keren banget. Akhirnya, mereka berdua berduet untuk promosi ke yang lain kalau film itu bagus banget. Nih, ku kutip kalimat mereka “HARUS NONTON, REK!! BUAGUS!! SUMPAH!!*dasar, bakat sales*



Hari kamisnya, film yang kedua (Darah Garuda) dateng. Kedatangan film itu dikarenakan pengorbanan salah satu teman kita tercinta yang bahkan belum nonton film Merah Putih. Well, thanks to Rinda. *lari peluk Rinda*



Yeli dan Julpi sibuk ngopi tuh film. Lalak bingung pengen nonton. Dia kan belom nonton yang pertama. Akhirnya, dia nonton sama Yeli, pake laptopnya Yeli. Sinyal kesenangan itu sepertinya tak bisa di tolerir oleh Julpi. Dia buru-buru ikut nimbrung, dan asal aja mencabut kabel headset-nya Yeli. *lalak ma Yeli udah pengen ngiket Julpi terus dibuang deh ke laut, tapi gag jadi*



Dibelakang mereka, Jona dan Millah ikutan nonton. *dapet dua pengikut lagi. Wihi!!!* dan saat inilah diketahui bahwa Julpi seneng banget sama ‘si orang bali’ yang ada di film ini. setelah sampai tengah film baru Yeli dan Julpi menyadari mereka tak mengenal satupun tokoh yang ada di film itu. *nggedorin kepala ke tembok, gag nyangka teman kita segitu pelehnya*. Pantas aja selama ini mereka hanya bilang ‘orang bali’, ‘orang sulawesi’, ‘zumi zola’, ‘Darius’, ‘yang guru itu lho’, dll.



Oke, akhirnya dengan paksa mereka berdua memundurkan paksa film itu, menghancurkan kesenangan Lalak.

“Surono! Surono!”

“Sek, diemo! Thomas salamente! Hahahah…”

“Ini Amir, rek.!”

“Marius…Marius…”



Itulah yang terdengar selama mereka berusaha mencari nama masing-masing tokoh. Tapi, si Bali tetaplah misterius. Julpi gag henti-henti tanya siapa nama si Bali. Pake njambak-njambak rambut dengan ekstrim segala. Ayannya kumat. Hahaha… *Lari! Julpi bawa sepatu!!!*

Julpi     : He, rek! Namanya orang bali itu sapa seh???

Lalak    : (jengkel) Wisnu!!

Julpi     : Emoh!! Yang bener ta!!!

Lalak    : Wisnu!!

Yeli      : Tanya Dewanti!!

Julpi     : Sapa, De??

Dee      : Wayan.

Baru deh si Julpi mau diem. Tapi sayangnya pas dia udah jadi anak baik-baik filmnya udah mau buyar. LOL. *sabar ya, Yel, Lak!!*



 Hari jumatnya. Saat masih sangat pagi. Yeli dan Julpi sudah asyik cerita tentang Darah Garuda, korbannya adalah Millah. Dia harus mendengarkan ocehan dua orang anak yang gag jelas ini di paginya yang indah. Ternyata, nama orang Bali itu bukan ‘WAYAN’ tapi ‘DAYAN’.



Sekarang pengikut dua orang anak geje itu bertambah lagi. Ada Opong, Rinda, Nila, Nuke, Putri, dll. Jadi, siangnya sebelum renang, mereka nonton film Darah Garuda tadi. Setiap si Thomas muncul kebanyakan dari mereka histeris. “Cakep!!!”, tiap si Marius muncul, Nuke aja yang histeris, dan tiap si Bali atau Dayan muncul, hanya…. Ya kalian taulah, sapa lagi kalau bukan Julp. Tak ada satupun vote untuk Amir. *sabar ya, Mir!* Untuk Jona, hanya NAKAMURA lah yang tetap nomor satu. *liat aja The Last Samurai, biar tau sapa Nakamura*



Begitulah awal mula film ‘drama perang bergaya Hollywood yang mengingatkan Indonesia tentang persatuan, pengorbanan dan nasionalisme para bapak bangsa ‘ menjadi booming  di kelas kita tercinta. Satu kata pamungkas yang ikut-ikut booming setelah film ini adalah kutipan dari kata-kata Dayan “Apapun caranya, apapun resikonya”. Cara si Dayan bercanda di saat genting dan dengan logat khas Bali-nya berhasil membuat kita semua yang menonton tertawa.



Inget adegan waktu Dayan ketembak dan akhirnya ditinggal sama si Amir??? Saat itu teman kita, Julpi mengutarakan bahwa dia ingin langsung menelepon Yeli dan nangis2 lebai gara-gara mengira pahlawan favoritenya itu mati. *Brak! Gag nyangka ternyata teman kita sangat lebai* Akhirnya yang lain tau deh kalau si Bali gag mati. *Dasar, Julpi!*



Well, kita semua nunggu seri trakhir dari Trilogi Merdeka yang diisukan akan rilis tahun ini. PIXEL INDONESIA. Buat yang belum nonton, wajib banget buat nonton film ini. MERDEKA!!!