Jumlah Fans

Senin, 07 Maret 2011

UPRAK Bahasa Indonesia ^^

Membawa Bekal ke Sekolah
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kepada Pak Eko yang saya hormati dan teman-teman yang saya cintai. Untuk mengawalinya marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan izin-Nya kita dapat berkumpul untuk melaksanakan ujian praktik ini dalam keadaan sehat wal afiat. Pada kesempatan yang telah Bapak berikan, saya akan memanfaatkannya untuk membahas mengenai kebutuhan bekal makanan bagi anak-anak.
Ketika kita menengok sejenek ke beberapa Sekolah Dasar (SD) di pinggir jalan, banyak siswa yang membeli makanan di depan sekolah. Padahal jika diperhatikan, apa yang dibawa penjual bukanlah sesuatu yang menyehatkan untuk di makan. Melihat polemik seperti ini di masyarakat tentu orang tua seharusnya berpikir untuk menjaga anaknya dari makanan atau minuman yang dapat membahayakan kesehatan anak. Salah satu solusi yang paling mudah adalah menyiapkan sendiri bekal makanan sehat bagi anaknya.
Bukan rahasia lagi jika banyak ibu yang malas menyiapkan bekal untuk anaknya. Banyak alasan yang mendasari kemalasan ibu-ibu tersebut. Salah satu diantaranya disebabkan oleh kesibukan ibu. Bagi ibu-ibu yang juga merupakan wanita karir, mereka cenderung tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasakkan makanan bekal bagi anaknya. Selain itu, bagi ibu yang memiliki bayi, mereka lebih mengutamakan bayinya terlebih dahulu. Dan tidak sempat membuatkan bekal bagi anaknya yang lain.
Sebagian ibu lainnya berpikir bahwa anaknya dapat membeli makanan untuk dirinya sendiri di sekolah. Karena di sekolah tersedia kantin yang menyediakan berbagai macam makanan. Padahal seperti yang kita ketahui, kantin yang ada di sekolah belum tentu menyediakan makanan yang menyehatkan bagi anak.
Orang tua yang malas membuatkan bekal bagi anaknya tentu belum sepenuhnya menyadari bahwa membawakan bekal bagi anak sangat baik bagi anak dan juga menghemat uang saku. Dengan membuat sendiri makanan bagi anak,  para orang tua akan lebih tenang mengetahui makanan apa saja yang telah dimakan oleh anaknya, kesehatan makanan tersebut serta kebersihan dalam cara pembuatannya. Dengan membawa bekal, sang anak dapat memakan bekalnya saat istirahat tanpa perlu membeli makanan di luar untuk memenuhi kebutuhan perutnya.
Jika orang tua dapat berpikir lebih panjang, mereka tentunya akan memilih untuk menyiapkan sendiri bekal bagi anaknya. Kenapa? Karena jika ditengok lebih dalam makanan yang dimakan oleh anak sangat memengaruhi kesehatan jasmani dan otak anak.
Dalam kesehatan jasmani misalnya, tidak perlu diragukan lagi makanan yang sehat akan membuat badan sehat. Yang membuat hal ini menjadi sangat penting untuk dibicarakan adalah karena makanan yang dijual di pasaran seringkali mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Kita ambil contoh makanan pentol yang sering mangkal di depan SD. Kita tidak benar-benar mengetahui zat apa saja yang digunakan dalam pembuatan pentol tersebut. Apabila mereka memasukkan zat yang berbahaya seperti formalin, hal itu akan menyebabkan diare, mual, pusing. Lebih parah lagi zat ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting dalam tubuh seperti, ginjal, hati, jantung, dsb.
Zat lainnya yang berbahaya adalah Monosodium Glutamate (MSG). Zat ini cukup sering digunakan dalam proses pembuatan makanan, begitu pula makanan yang dibuat oleh para ibu di rumah masing-masing. Mereka tidak menyadari bahwa jika mengonsumsi MSG secara sering, lambat laun organ tubuh bagian dalam juga akan rusak. Namun demikian, kerusakan yang terjadi tidak secepat ketika kita mengonsumsi formalin.
Hal lain yang peru diperhatikan adalah pengonsumsian saos sebagai pelengkap makan pentol. Sebagian saos yang menyertai makanan pentol biasanya terlihat sangat merah, padahal saos yang seperti itu bisa saja mengandung zat pewarna yang berbahaya bagi tubuh. Selain itu, saos yang tersedia dapat dibeli dengan harga seribu rupiah per bungkusnya. Seharusnya, harga yang sekecil itu tidak cukup untuk membuat saos dari bahan tomat atau cabai pilihan. Bahkan, ada beberapa pembuat saos yang dengan gamblang mengatakan bahwa saos yang mereka buat terbuat dari bahan tomat yang hampir busuk lalu dihaluskan, kemudian di kemas dalam bungkusan plastik.
Ada satu hal lagi yang sering disinggung oleh pengamat kesehatan masyarakat di Indonesia, yaitu penggunaan minyak dalam penggorengan. Setiap pedagang yang menggunakan minyak goreng untuk memasak barang dagangannya, biasanya menggunakan minyak tersebut dalam dua hingga tiga hari. Hal ini sudah sangat melewati batas penggunaan minyak yang seharusnya. Minyak goreng yang telah digunakan dalam lima kali penggorengan atau maksimal dalam sehari (bagi penjual) hendaknya segera dibuang karena kadar zat-zat yang terdapat dalam minyak lama juga dapat membahayakan tubuh.
Selain itu konsumsi makanan-makanan yang mengandung zat-zat tersebut secara sering juga menyebabkan kinerja otak menjadi lebih lambat, sehingga anak-anak yang sering mengonsumsi makanan tersebut IQ-nya akan semakin menurun dari yang seharusnya. Seorang ibu dari pasien hiperaktif pernah berkata bahwa serang anak yang hiperaktif dilarang mengonsumsi zat seperti MSG, jika sang anak tanpa sengaja mengonsumsinya maka dia akan kumat.
Kondisi di atas seharusnya sudah dapat membuat ibu-ibu berpikir dua kali untuk membuatkan bekal bagi anak mereka. Namun demikian, di sisi lain sang anaklah yang tidak bersedia membawa bekal makanan sendiri dari rumah. Alasnnya bermacam-macam mulai dari barang bawaan yang berat, malu dengan teman-teman ataupun lebih suka membeli makanan di sekolah. Anak yang seperti ini hendaknya diberi pengertian oleh orang tua mengenai bahaya makanan yang mereka konsumsi di luar. Orang tua juga seharusnya dapat melakukan kebiasaan baik membawa bekal mulai dari dini, sehingga anak tidak lagi canggung jika harus membawa bekal ke sekolah.
Demikian, sedikit rangkaian kata yang dapat saya sampaikan. Semoga semua yang telah saya sampaikan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khusunya bagi para orang tua yang memiliki anak. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

by : Arinda Syakura A.
XII-PPB (04)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar