Jumlah Fans

Senin, 07 Maret 2011

Rahasia Keseimbangan


Assalamualaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Pak Eko selaku guru Bahasa Indonesia kelas akselerasi dan teman-teman yang saya cintai. Pada pagi hari yang indah ini, saya akan sedikit berbicara tentang RAHASIA KESEIMBANGAN.

Akhir-akhir ini, Indonesia dilanda banyak sekali masalah, mulai dari kasus korupsi, perebutan jabatan, demonstrasi, kenaikan harga, dan lain-lain. Namun, banyak orang tidak sadar bahwa terdapat masalah yang jauh lebih penting dan akan memberikan dampak sangat besar bagi bangsa kita. Itu adalah Global Warming. Global Warming merupakan wujud alam menuju keseimbangan baru. Jika kita tidak peka terhadap perubahan keseimbangan alam yang baru kita akan tergilas. Penjajahan yang terjadi selama tiga setengah abad di Indonesia merupakan salah satu dampak adanya perubahan keseimbangan. Saat Revolusi Industri terjadi di Eropa, negara-negara Eropa berkeliling dunia. Pada awalnya mereka memiliki tujuan untuk mencari sumber alam yang baru guna mengembangkan industri mereka. Namun di tengah perjalanan , mereka berubah pikiran untuk menguasai atau menjajah daerah lain, daerah yang mereka anggap lebih lemah dan memiliki potensi yang besar. Tiga setengah abad merupakan waktu yang tidak singkat bayangkan itu setara dengan “lima generasi”. Dalam kurun waktu tersebut, kita dapat melakukan banyak hal. Namun yang terjadi, kita hanya berada di bawah belenggu negara penjajah.


Bukan hal yang mustahil bila bangsa ini akan merasakan dampak yang lebih dahsyat jika tidak menyiapkan diri dan melakukan antisipasi dari Global Warming yang sedang terjadi. Tahun lalu di Indonesia hampir tidak terjadi musim kemarau. Ahli meteorologi dan geofisika menyebutnya dengan kemarau basah. Mungkin sebagian di atara kita tidak merasakn dampak yang berarti. Lain halnya dengan petani garam,tembakau, dan palawija, mereka sangat menderita. Hal ini disebabkan oleh gagalnya panen palawija, tembakau, dan garam bahkan kita harus mengimpor garam dari luar negeri. Ini merupakan hal yang sangat ironis yang terjadi di Indonesia. Mengapa demikian? Karena bangsa kita belum siap menghadapi adanya perubahan ini.

Dapat kita ketahui bahwa negara-negara Eropa, Amerika, Australia telah lebih dulu sadar akan bahaya yang akan mereka hadapi. Mereka telah melakukan banyak hal guna mengantisipasi dampak terburuk yang akan terjadi. Jadi mereka telah lebih siap menghadapinya. Jika bangsa ini sudah tertinggal jauh, belum sadar, dan memulai untuk bertindak , kita akan semakin tertinggal jauh, jauh, dan jauh. Bukan saja tertinggal dari negara-negara Eropa, Amerika, dan Australia kita juga akan tertinggal dari negara-negara Asia yang lain.

Dari tahun ke tahun, abad ke abad, milenium ke milenium, jangan sampai kita selalu menjadi korban perubahan peradaban alam menuju keseimbangan baru. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa, di pundak kita tertumpu kewajiban dan tugas yang harus kita perjuangkan untuk keluar dari keterpurukan yang sekarang tengah melanda bangsa ini. Kesadaran akan ketertinggalan bangsa ini dari bangsa-bangsa lain, kesadaran akan pahitnya menjadi korban perubahan-perubahan peradaban, kesadaran hanya menjadi objek atau konsumen perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan masih banyak lagi.

Marilah kita merenung sejenak, kita rasakan pahit getirnya, kita terima dengan kesadaran penuh dan jadikanlah energi positif sebagai pemicu, pendorong, penyemangat kita untuk menggapai cita-cita, impian yang kita patri setinggi langit, bukan hanya cita-cita secara pribadi tetapi juga sebagai bangsa. Sehingga bangsa kita kelak akan menjadi bangsa yang membuat perubahan positif dan selalu siap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi menuju keseimbangan yang baru.
Itulah rahasia keseimbangan alam. Marilah kita belajar peka terhadap tanda-tanda perubahan yang terjadi, sehingga nantinya kita tidak akan tergilas oleh zaman. Semoga hal yang saya bicarakan kali ini memberikan dampak positif terhadap kita semua. Apabila terdapat kesalahan kata baik yang disengaja maupun tidak, saya mohon maaf.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Oleh : Siti Khalifatul Millah
XII-PPB/16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar